Manakala kita berpikir secara obyektif, tentu akan sadar bahwa agama bukan hanya terfokus pada masalah membaca kalimah syahadat dan menghafal ayat-ayat al-Qur’an. Agama adalah syiar dan kasih sayang sebelum dimanifestasikan dalam bentuk ucapan dan gerakan. Akidah dan perbuatan sebelum berbentuk ibadah dan dosa. Agama adalah kasih sayang yang bersumber dari jiwa kemanusiaan yang paling dalam. Memancar kepada seseorang sehingga orang lain melihat ia memiliki kemampuan menemukan berbagai rahasia dan keistimewaan. Dan kepada orang yang diselimuti penderitaan yang mengharapkan belas kasih sehingga ia percaya diri dan tenteram hatinya. Memancar dengan kokoh pada diri seseorang ibarat pohon kayu yang besar lagi rindang yang dapat melindungi kehidupan ini.
Apabila beragama berarti kasih sayang, maka lahirlah pengertian bahwa agama adalah suatu tatanan tatanan yang tumbuh secara berangsur dari perbuatan pribadi manusia dalam mengadakan konteks dengan kehidupan sekitar. Kasih sayang tidak akan tumbuh pada suatu tempat di alam ini, tetapi tumbuh dalam hidup dan kehidupan. Berkembang sesuai perkembangan hidup dan kehidupan manusia.
Apabila kasih sayang tidak mencapai puncak keagungannya, maka akan kita temukan ummat manusia saling membinasakan dari jalan kebenaran dan dari menciptakan setiap keindahan. Atau kita temukan ummat manusia saling membinasakan dalam menciptakan cinta kasih terhadap kemanusiaan dan pemeliharaannya.
Apakah kita mampu menebarkan benih kasih sayang dalam jiwa seorang anak yang masih kecil, ataukah harus menanti sampai ia sempurna akal pikirannya sehingga dapat menerima segala penjelasan? Bagi kita tidak perlu menantikannya, karena lebih cepat lebih baik. Sejak anak itu dilahirkan, mulai ditebarkan benih kasih sayang.
Kami tidak mengatakan didiklah anakmu’ tetapi ‘belajarlah kamu darinya’.
Perhatikanlah makhluk tercinta iniĀ dengan sepenuh hati. Bagaimana ia membuka lembaran hidup dan tumbuh di pangkuanmu hari demi hari. Lihatlah bagaimana ia menatap senyum manismu dan berada dalam pelukan ketika kamu menyusuinya. Bagaimana tercurah perasaan puas setelah merasakan kelezatan air susu dan belaian kasihmu. Bagaimana ia berusaha mencapai sesuatu dengan merangkak kemudian berjalan. Dengan berkata kemudian berbicara.
Secara berangsur ia tumbuh teratur, sebagai tanda-tanda yang jelas untuk bertasbih atas keagungan Allah di sepanjang hari. Tidak ada makhluk di alam raya bertasbih dengan mu’jizat Allah dengan fasih yang melebihi kefasihan dan keindahan tasbih seorang anak kecil. la terus tumbuh berkembang dalam pelukan kasih seorang ibu.
Perhatikanlah anakmu, agar hatimu dipenuhi keimanan sebelum kamu sebelum kamu mengasuhnya, sehingga dapat menumbuhkan kasih sayang dalam jiwanya. Dan agar ia mudah menerima hal-hal baru yang mendewasakan jiwanya. Di atas kedewasaan jiwa itulah didirikan kasih sayang.
Apabila kamu memperhatikan seorang anak kecil dan mencoba mengadakan terobosan dengan akal dan hati terhadap jiwanya yang suci, tentu akan kamu temui sumber kejiwaan yang memancarkan kasih sayang agama dalam hidup dan kehidupan. Dan barangkali dirimu dapat memberikan arah tujuan yang mulia dan berguna bagi pribadi anak dan masyarakat dimana ia hidup di dalamnya. Perhatian seorang anak terhadap lingkungan dan alam sekitar yang serba indah serta hal-hal yang menakjubkan dalam hidup keseharian merupakan dasar pengembangan kreativitas bagi dirinya.
Memperlihatkan hal-hal yang indah kepada seorang anak akan memancing kesadaran untuk berpribadi yang baik, sehingga dapat merasakan arti keindahan dan memikirkan siapa penciptanya. Lebih kreatif untuk mencari fenomena baru. Bukankah Allah Maha Indah, mencintai segala keindahan? Maka bimbinglah anakmu ke jalan Allah dengan mengajak ia menikmati berbagai keindahan dan menggali sumber-sumber untuk menciptakan segala yang indah. Baik lingkungan maupun kehidupan pribadi, yang dihias dengan akhlak karimah yang indah.
Ketergantungan cinta antara dirimu dengan anakmu tidak akan dapat dipisahkan. La mengharapkan rahmat dan bersandar kepada kasih sayang serta perhatianmu. Ini merupakan fundasi dasar kasih sayang antara sesama ummat manusia dalam masyarakat yang dapat menciptakan iklim tolong-menolong dan persatuan.
Bukankah missi agama pada awal mulanya berupa kasih sayang dan cinta kasih antara ummat manusia, dan tolong-menolong dalam kebaikan merupakan bagian dari jalan pengabdian kepada Allah? Allah? Maka bimbinglah anakmu ke syurga dengan memelihara tali kasih sayang dan saling percaya, sehingga berhasillah apa yang kamu cita-citakan. Untuk itu perlu kamu membantu ia dengan acuan cita-cita yang diharapkan masyarakat di luar keluarga. Dan mempersiapkannya untuk menatap masyarakat yang lebih luas dengan cara yang baik, toleransi dan saling kasih-mengasihi.
Apabila kasih sayang telah tersebar luas di kalangan ummat manusia, maka sangat mudah menciptakan tolong-menolong di antara mereka. Dan seorang ibu adalah orang yang pertama kali membuka sumber kasih sayang bagi anaknya. Cita-cita menciptakan kasih sayang adalah sangat agung lagi mulia, baik bagi lingkungan maupun diri pribadi. (Sumber: Hamid Abdul Khalik Hamid, Wahai Ibu Selamatkan Anakmu, Pustaka mantia)
Lengkapi dan bekali putra-putri kita dengan ilmu agama juga. Agar mereka bisa jadi makhluk yang penuh kasih sayang dan selalu mengingat Allah SWT. Tidak mudah tersulut amarahnya dengan perbedaan yang ada di ruang masyarakat. Seorang Ibu juga bisa memilih dan mengarahkan putra atau putri untuk mendapatkan akses pendidikan yang sempurna.
Jika ingin mendapatkan pendidikan formal dan agama dengan seimbang, kita bisa memilih Muhammadiyah Boarding School Piyungan bagi putra-putri kita. Agar mereka dapat pendidikan formal dan agama dengan porsi yang seimbang, sebelum akhirnya siap diterjunkan di masyarakat sebagai kader Muhammadiyah yang tangguh.