Bukti Kasih Sayang Allah Kepada Hambanya

SMA MUHAMMADIYAH PIYUNGAN

ANAK MENCINTAI SESUATU YANG PALING SERING DILIHAT

Pada anak yang mengalami kecanduan, maka jaringan-jaringan otak akan mengalami gangguan hingga kerusakan

 

Ada  infografis menarik beredar di instagram yang di dalamnya memuat gambar stick play station, smartphone, laptop, dan headset yang bergotong-royong memegang sebuah buku di pundak masing- masing kemudian di depan mereka telah tersedia sebuah galian mirip kuburan.

Bisa ditebak maksudnya, semua perangkat komunikasi dan informasi modern telah mengubur buku dari kehidupan umat manusia modern. Dalam kata lain, kini tidak sedikit manusia, termasuk anak-anak kecanduan gadget. Secara ilmiah disebutkan bahwa yang namanya kecanduan adalah sebuah penyakit kronis pada jaringan sistem syaraf otak yang berhubungan dengan penghargaan (reward), dan motivasi, dan daya ingat (memori).

Menurut pakar neuropsikologi, Ihsan Gumilar, reward adalah sesuatu yang dapat menyebabkan sebuah perilaku terulang lagi di masa depan. Hal ini karena reward menyentuh hal-hal yang bersifat alamiah di dalam tubuh manusia. Sebab reward yang dimaksud dalam hal ini adalah hal yang biasanya bersifat natural untuk memuaskan kebutuhan alamiah manusia.

Sebagai contoh, anak kita lapar dan minta makan. Jika dalam tiga jam kemudian lapar lagi, maka makan adalah rewardnya Sama halnya dengan kecanduan menggunakan gadget. Bila diri merasa jenuh atau tidak ada yang penting dikerjakan. seseorang akan segera meraih gadgetnya kembali, entah dalam tempo 1 jam, 10 menit, atau bahkan setiap menit.

Pada anak atau orang yang mengalami kecanduan, maka jaringan-jaringan pada otak akan mengalami gangguan hingga kerusakan, sehingga otak akan sangat mudah terangsang untuk terus memegang gadget. Bila kecanduan pornografi, maka akan segera masuk ke laman-laman atau apa saja yang berkonten pornografi.

Pada akhirnya bisa kita simpulkan, apa yang paling sering dilihat, dipegang dan dijadikan media interaksi di sekitar orang tua dan anak, akan menjadi penanaman karakter di dalam tumbuh kembang kehidupan, yang mewujud dalam kebiasaan sehari hari. Oleh karena itu, sebelum semua terlambat, mari lakukan upaya nyata untuk membentuk keluarga yang cinta ilmu agar buku tidak dikubur dalam kehidupan.

MENELADANI ULAMA

Kita tentu bertanya di dalam hati, bagaimana Imam As Suyuthi (991 H) mampu menulis lebih dari 600 karya tulis. Selain itu beliau juga menguasai berbagai disiplin ilmu dan memiliki hafalan lebih dari 200 ribu hadits. Dan, karya terpopulernya di negeri ini adalah Tafsir Al Jalalain

Ternyata, jauh sebelum prestasi itu terukir di dalam diri Imam As-Suyuthi, sang ayah telah menyiapkan perpustakaan lengkap dengan berbagai macam kitab untuk buah hatinya itu. Oleh karena itu, sejak kecil Imam As- Suyuthi telah digelari Ibnul Kutub (anak buku), sebab sejak kecil terbiasa bermain dan berinteraksi dengan tumpukan buku.

Bahkan kita perlu meneladani sikap Syaikh Badru Al-Alim, ahli hadits di India. Sekalipun sudah renta dan tak mampu lagi membaca, beliau tetap mencarikan kitab untuk anak-anaknya. Beliau berkata, “(Kitab- kitab) Itu lebih baik bagi mereka daripada warisan yang berupa harta.”

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa apa yang hendak kita inginkan terhadap buah hati kita, tergantung pada apa yang diberikan kepada buah hati. Jika ilmu, anak akan mencintai ilmu. Jika yang lain, maka yang lain itulah kehidupan anak anaknya kelak.

Dan, ulama terdahulu tak sekedar berjuang menjadi orang tua bagi putra-putrinya, tetapi sekaligus guru pertama dan utama bagi buah hatinya. Ahli hadits Kamal Al-Ambari memperoleh hadits dari ayahnya. Tajuddin As-Subki mempelajari hadits dari kakeknya, kemudian Taqiyuddin As-Subki juga mengambil hadits dari ayah, kakek, dan seterusnya. Bahkan, di Indonesia ada sosok Buya Hamka yang banyak menyerap ilmu dari sang ayah, Abdul Karim Amrullah, jauh sebelum menimba ilmu dari guru yang lain.

Dengan demikian, jadilah orang tua yang siaga. Jangan sekedar nyaman melihat anak tenang dengan gadget di tangan mereka. Berjuanglah agar kita bisa memberikan teladan positif kepada mereka dengan mendekatkan dalam kehidupan mereka, apa yang agama ini perintahkan dan para ulama teladankan./ Imam Nawawi

Sebaiknya orangtua mulai mengarahkan apa yang sepatutnya di lihat oleh anak-anak. Bisa berupa buku-buku pengetahuan maupun kitab-kitab. Orangtua dapat menitipkan anaknya untuk tinggal di Muhammadiyah Boarding School Piyungan. Insyaallah di asrama ini, anak di arahkan untuk mencintai ilmu pengetahuan.

Sumber: Majalah Mulia Berbagi Kemuliaan Hidup/ Imam Nawawi/ April 2017