Cinta terhadap anak adalah santapan jiwa yang dapat memberi pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Jasmani membutuhkan santapan makan, sedangkan rohani memerlukan santapan cinta kasih. Anak-anak sangat membutuhkan belaian kasih dan kehalusan jiwa sejak awal mula kehidupannya, sehingga tumbuh dewasa dan berhubungan dengan masyarakat secara baik. Menciptakan hubungan harmonis, penuh kasih sayang dan hormat menghormati. Mereka berani mengarungi realita hidup dengan penuh keyakinan dan keberanian.
Harapan, semoga kita dapat menciptakan kasih sayang yang sempurna dalam hubungan keluarga, sebagaimana Rasulullah saw telah membimbing kita.
Abi Hurairah menerangkan, bahwa Aqra’ bin Habis melihat Rasulullah saw mencium cucunya Hasan bin Ali atau Husain bin Ali. Ia berkata : “Aku mempunyai sepuluh orang anak. Belum satu pun yang pernah aku cium pipinya”. Maka Rasulullah saw bersabda :
“Barangsiapa tidak memiliki rasa kasih sayang, maka tidak akan dikasih sayangi”.
Diantara kewajiban seorang ibu yang harus dilaksanakan terhadap anak-anaknya ialah menanamkan perasaan cinta kasih dalam lubuk hati mereka yang paling dalam. Mengusir jauh-jauh sifat dan sikap benci dari jiwa mereka. Anak yang memiliki kepribadian sempurna ialah yang mencintai keluarga dan saudaranya. Kasih sayang terhadap orang-orang fakir dan belas kasihan terhadap orang-orang lemah. Menjauhi orang-orang yang berakhlak rendah bagaikan binatang.
Perasaan cinta kasih dapat ditanamkan kepada anak dengan jalan melatih menjauhi permusuhan dan kegemaran menyakiti atau merugikan orang lain, senang perdamaian dan menghormati sesama. Apabila sejak kecil seorang anak telah dibiasakan melakukan hal-hal yang baik, maka ia akan menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman. Memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sehingga ia dicintai dan dikagumi masyarakat. Ia lebih cenderung mengikuti kebaikan-kebaikan yang dilakukan masyarakat, dan kehendaknya pun akan diikuti pula oleh masyarakat.
Cinta kasih dan kasih sayang tidak akan tertanam dan menjadi kenyataan dalam kehidupan anak kalau hanya mengandalkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh seorang ibu. Ia hanya dibekali dengan keterangan-keterangan dan nasehat. Namun apabila seorang ibu menanamkan sikap keibuan yang lembut dan kebiasaan-kebiasaan yang baik sejak kecil, maka akan menjadi kenyataan dalam kehidupan anak. Dan apabila kebiasaan melakukan hal-hal yang baik ditanamkan dengan melatih secara penuh kasih sayang dalam praktek hidup keseharian, maka akan memberikan dampak positip dalam perkembangan jiwa. Mudah dilakukan oleh seorang anak, yang akhirnya akan ringan pula dilakukan pada masa-masa selanjutnya.
Apabila kita berbicara masalah “rumah tangga”, maka lebih dahulu kita satukan pandang dalam percakapan, yakni rumah tangga adalah satu ikatan yang kuat. Tidak ada perbedaan antara yang kecil dengan yang besar, yang kuat dengan yang lemah, laki-laki dengan perempuan. Setiap individu dalam tubuh keluarga mempunyai tabiat dan kepribadian sendiri-sendiri. Sebagai sosok manusia yang berdiri sendiri tanpa ketergantungan yang lain. Mempunyai kecenderungan khusus, yang tidak dimiliki anggota keluarga dan kemampuan yang lain. Karena itu kewajiban seorang ibu ialah memperlakukan mereka secara adil. Jangan pilih kasih, memprioritaskan salah satu anak. Misalnya, lebih mengasihi anak yang kecil daripada kakaknya, lebih mencintai anak laki-laki daripada yang perempuan. Hal ini akan memberi pengaruh negatip dan jelek terhadap salah satu anggota keluarga, sehingga keharmonisan hubungan diantara mereka akan hancur dan punah.
Misalnya, seorang anak yang lebih dewasa mengetahui ibunya lebih memperhatikan adiknya, baik dalam memenuhi kebutuhan maupun dalam kasih sayang, maka jiwanya akan terpengaruh. Sikap pilih kasih ini akan melahirkan tekanan bathin yang mendatangkan dampak negatip bagi kehidupan anak yang merasa kurang diperhatikan. Minimal timbul perasaan benci terhadap adiknya yang di anak emaskan oleh orang tua. Akibatnya, hubungan kasih sayang menjadi putus diantara mereka. Bahkan lebih cenderung memusuhi kepada ibu yang memanjakan adiknya. Dan rasa kecemburuan terhadap keluarga yang lain tentu lebih besar.
Kasih sayang seorang ibu harus dibagi rata terhadap anak-anaknya, agar tidak timbul tekanan bathin dan retaknya hubungan kasih sayang diantara mereka. Laki-laki maupun perempuan diperlakukan sama, dengan penuh keadilan dan perbandingan yang wajar. Jangan sekali-kali mengistimewakan salah satu anak dalam kasih sayang, sedangkan terhadap anak yang lain biasa-biasa saja. Jangan memperlihatkan kemesraan hubungan dengan salah satu anggota keluarga tanpa menyertakan yang lain. Jangan mencurahkan kasih sayang terhadap anak tanpa adanya kebijaksanaan. Cinta kasih seorang ibu yang dicurahkan kepada anak-anak dengan penuh kebijaksanaan merupakan pintu menuju keharmonisan hubungan antara anggota keluarga. Mencapai kebahagiaan hidup dan ketentraman lahir bathin. Sejuk dan nyaman berada dalam lingkungan keluarga. Kesejukan itu tidak terkena polusi keirian dan kebencian. Dari sumber inilah akan lahir anak yang shalih, berguna bagi agama, dan bangsa. Anak shalih hanya lahir dari keluarga yang maslahah dan sakinah. Keluarga yang penuh kedamaian, ketenteraman, teguh dalam keimanan dan pendirian.
Rasulullah saw adalah teladan yang baik bagi ummat manusia. Beliau telah bersabda:
“Berbuat adillah kamu terhadap anak-anakmu. Demikian pula dalam mencium pi-pinya”.
Adil, tidaklah selamanya harus sama, tetapi bijaksana dalam memberikan kasih sayang dan memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tingkat keperluan mereka. (Sumber: Hamid abdul Khalik Hamid, Wahai Ibu Selamatkanlah Anakmu, Pustaka Mantiq)
Membentuk Karakter Anak dengan Memilih Pesantren
Peran seorang ibu sangat berpengaruh terhadap karakter anak. Ia adalah faktor sentral yang harus memiliki pondasi kepribadian yang kuat. Hal ini akan membantunya saat mendidik anak. Karena lingkungan keluarga adalah tempat belajar paling awal sebelum akhirnya masuk ke sekolah dan terjun di masyarakat.
Harapannya, saat usia remaja diharapkan anak memiliki karakter yang kuat dan tidak mudah terjerumus ke lingkungan yang tidak sehat. Terlebih lagi, kini tidak sedikit seorang ibu yang juga menjadi wanita karir. Sehingga lebih banyak waktunya yang harus dialokasikan di tempat kerjanya.
Jika sudah menanamkan karakter dan pendidikan yang sehat sejak dini, kiranya diharapkan anak akan mampu untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi bagaimana jika kondisinya tidak demikian?
Saat ini banyak sekali sekolah yang bertransformasi menjadi Boarding School. Nah, dengan adanya opsi yang tersedia tidak menutup kemungkinan bahwa orang tua memilih boarding school sebagai tempat pendidikan selanjut bagi anak. Misalnya, seperti Muhammadiyah Boarding School Piyungan.
MBS Piyungan semestinya bisa menjadi prioritas utama orang tua sebagai tempat bertumbuh dan berkembang untuk anak. Baik secara akademik maupun nilai agama. Dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi banyak orang tua yang khawatir jika anaknya terjerumus ke lingkungan yang negatif.
Dengan memilih MBS Piyungan sebagai prioritas tempat pendidikan dapat membantu mengurangi kekhawatiran orang tua terhadap perkembangan putra putrinya. Selain lingkungan yang kondusif dan nyaman, para siswa juga nantinya akan dibekali dengan nila-nilai agama dengan baik. Diharapkan nantinya akan menjadi pribadi yang tangguh saat mulai terjun di masyarakat.