Bukti Kasih Sayang Allah Kepada Hambanya

SMA MUHAMMADIYAH PIYUNGAN

CARA MENANAMKAN TAUHID KEPADA ANAK

mbs piyungan bantul
sumber: dalamislam. com

Anak adalah seorang filosof kecil. Kadangkala pertanyaan yang diketengahkan tentang Allah dan agama atau masalah syurga dan neraka membingungkan pikiran kita.

Menanamkan iman dan ajaran-ajaran agama pada jiwa anak harus dimulai dengan memberikan contoh perbuatan yang baik. Misalnya kita berbicara masalah shalat kepadanya, maka tidak akan memberi pengaruh bagi dirinya. Lain halnya kalau ia melihat kita melakukan shalat tepat waktu dengan penuh kesadaran dan kekhusyu’an, pasti akan berpengaruh dalam jiwanya.

Bagi kita Rasulullah adalah sebaik-baik suri teladan dan pemberi petunjuk. Diantara petunjuk itu beliau telah bersabda :

“Perintahlah anak-anakmu melakukan shalat ketika berumur tujuh tahun. Dan pukul lah mereka apabila meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun dan pisahlah dari tempat tidur”.

Seorang ibu hendaklah membimbing anaknya ke syurga dengan memberikan contoh yang baik dalam mendidik shalat dan dalam melatih berpuasa. Jangan sekali-sekali menanamkan nilai-nilai agama kepada anak dengan cara berbantah. Hendaklah dengan cara melatih dan membiasakan diri untuk melakukannya, sehingga ibadah yang diulang-ulang itu akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan. Dengan demikian maka nilai-nilai agama dapat tertanam kokoh dalam jiwanya.

Misalnya, pada suatu ketika seorang anak bertanya “Mengapa kita memberi sedekah kepada orang-orang fakir?”

Kita seharusnya dapat memberikan jawaban, bahwa orang fakir adalah ummat manusia juga, yang membutuhkan makan dan hidup. Apa yang ada pada kita semata-mata hanyalah pemberian dari sisi Allah. Harta yang kita miliki pada dasarnya adalah harta Allah yang dititipkan kepada kita, sehingga kita berkewajiban memberikan sebagian harta kepada mereka yang membutuhkan. Adakah kamu rela berada dalam kelaparan dan tidak ada seseorang pun yang memberi makan kepadamu?

Kata-kata diatas hanya secara teori saja, yang selanjutnya perlu diikuti dengan memberikan uang kepadanya agar ia dapat melatih diri memberikan sedekah kepada orang fakir. Dan sekiranya latihan ini diulang-ulang, pada akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan.

Apabila suatu ketika seorang anak bertanya “Siapakah Allah itu?”

Kita seharusnya dapat memberikan jawaban yang rinci dan jelas kepadanya agar mudah dipahami, bahwa Allah adalah Dzat yang tidak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya. Allah yang menciptakan semua yang berada di alam raya ini, sehingga harus berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Seperti seorang pembuat roti, pasti berbeda dengan roti yang dibuatnya. Tukang kayu yang membuat meubel, pasti berbeda dengan hasil karyanya. Demikian halnya Allah yang menciptakan manusia dan benda, malaikat dan jin serta makhluk lainnya, pasti berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya.

Dari pertanyaan-pertanyaan yang diketengahkan seorang anak seharusnya dijawab dengan ringkas, jelas dan tepat sesuai dengan tarap berpikirnya dan disertai contoh-contoh kongkrit.

Misalnya, apabila seorang anak bertanya ‘Di manakah Allah berada?’

Jawabnya, Allah tidak bertempat tinggal pada suatu tempat tertentu. Dia mengetahui apa yang terjadi di setiap tempat di mana saja. Allah di atas segala sesuatu. Kalau kita ambil semangkok susu, maka tidak dipungkiri lagi bahwa di dalamnya terdapat kadar buih. Tetapi kita tidak mampu melihat dan memisahkannya dari susu itu. Kita mengetahui kadar buih dalam susu, tetapi tidak mampu melihat dan memisahkannya. Maka tentu saja kita pun tidak mampu melihat Allah.

Apabila seorang anak bertanya ‘Mengapa kita tidak mampu melihat Allah?’

Apabila kita kita nyalakan nion di tempat yang gelap gulita, sinarnya akan menerangi segala penjuru. Ini hanya sinar buatan manusia. Tentu saja sinar Allah yang dipancarkan di langit dan di bumi lebih dari itu. Kita tidak mampu memandang matahari dalam waktu yang relatif lama. Padahal itu hanya makhluk Allah. Lebih dari itu tentu saja kita tidak akan mampu melihat Allah swt.

Di persada alam ini banyak terdapat makhluk ciptaan Allah. Diantaranya ada yang kita tidak mampu melihatnya. Seperti udara dan planet di angkasa, malaikat dan jin, akal dan lainnya. Tetapi kita mampu melihat ciptaan Allah yang lain di berbagai tempat. Dalam diri kita dan lingkungan sekitar. Burung, bunga-bunga dan binatang-binatang. Melihat pula kekuasaan Allah menciptakan langit tanpa tiang. Menciptakan gunung dan air yang semua itu menunjukkan kesucian dan kekuasaan Allah menciptakan segala sesuatu.

Apabila seorang anak bertanya “Mengapa Allah menciptakan kita?”

Kita diciptakan Allah swt agar beribadah kepada-Nya. Mengetahui kekuasaan dan keagungan-Nya. Allah lah yang memberikan segala kebaikan kepada kita dan melindungi dari segala kejelekan. Mengabulkan doa dan menerima taubat kita manakala melakukan dosa. Sangat cinta dan belas kasihan kepada kita. Oleh karena itu kita wajib taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Melakukan ibadah, baik yang fardhu maupun yang sunnat kepada-Nya. Cinta kebaikan dan menjauhi kejelekan. Sebab melakukan kebajikan berarti taat dan beribadah kepada-Nya.

Apabila seorang anak bertanya “Apakah yang dapat mendekatkan diriku kepada Allah?”

Jawabnya, hendaklah kamu mentaati perintah-perintah Allah dan beribadah kepada-Nya. Cinta dan kasih sayang terhadap sesama ummat manusia. Sebelum melakukan sesuatu  sebaiknya dipikir dahulu, dipikir dahulu, adakah perbuatan itu membuat keridhaan Allah ataukah membuat murka-Nya. (Sumber: Hamid Abdul Khalik Hamid, Wahai Ibu Selamatkan Anakmu, Pustaka Mantiq)

Dari pemaparan buku Wahai Ibu Selamatkan Anakmu, khususnya dengan tema menanamkan ketauhidan bisa menjadi bahan belajar kita semua. Terutama dengan pesatnya kemajuan zaman. Kesadaran sebagai orang tua juga harus selalu ditingkatkan agar putra-putri kita tidak sampai terbawa arus yang negatif.

Hal ini juga yang akan menjadi fokus Muhammadiyah Boarding School Piyungan. Menanamkan ilmu ketauhidan pada siswa-siswinya agar menjadi pribadi yang taat kepada Allah SWT. Nantinya selain mereka mendapatkan pendidikan formal, mereka juga akan mendapatkan pendidikan agama. Karena keduanya menjadi dua aspek mendasar yang sangat penting untuk kemajuan putra-putri kita sebelum akhirnya terjun di masyarakat.